Kamis, 25 Februari 2010

Ternyata Orang Cacatlah Obatnya


Pak Hasan, adalah jama'ah dari embarkasi Surabaya. Ia dan istrinya
berangkat ke Mekkah kebetulan pada tahap gelombang ke dua. Artinya
mereka datang dari Indonesia langsung ke Mekah terlebih dahulu, baru
kemudian ke Madinah.


Kondisi pak Hasan ketika berangkat memang agak sakit. Batuk pilek setiap
hari. Sampai dipakai berbicara saja tenggorokannya sudah terasa sakit.
Batuk pilek yang semacam itu memang membuat badan begitu capek lunglai.
Semua persendian terasa sakit. Sehingga menjadikan tubuh menjadi malas
untuk diajak beraktivitas.


Beberapa kali pak Hasan diobati oleh dokter kloternya. Tetapi tetap saja
sakitnya tidak bisa sembuh. Rasanya semua macam obat yang berhubungan
dengan penyakitnya sudah ia minum. Tetapi tetap saja badan lunglai,
kepala pusing bahkan batuknya tidak pernah berhenti. Badan dengan
kondisi semacam itu, mengakibatkan pak Hasan sehari-harinya berdiam diri
saja di hotel. Beberapa kali istrinya mengajaknya ke masjidil Haram,
tetapi rupanya tubuh pak Hasan tidak bisa diajak kompromi, ia malas
untuk pergi ke masjid.


"Aku belum bisa bu, dan belum kuat untuk pergi ke masjid. Ibu dulu
aja-lah. Nanti setelah badanku sembuh aku akan ke masjid dan akan
melakukan ibadah dengan sebaik-baiknya. .." demikian kata pak Hasan
kepada istrinya.


Karena sudah beberapa kali, jawaban pak Hasan selalu seperti itu, maka
pada hari itu istri pak hasan memohon dengan agak setengah memaksa
kepada pak Hasan agar siang itu mereka bisa bersama ke masjid untuk
melakukan ibadah. Baik itu thawaf, maupun shalat-shalat wajibnya.


Maka dengan agak terpaksa, berangkat juga mereka ke masjid. Pak Hasan di
sepanjang perjalanan menuju masjid tiada henti-hentinya batuk. Bahkan
kakinya begitu capek dipakai untuk berjalan. Tetapi toh, akhirnya sampai
juga mereka di masjidil Haram. Meskipun jarak dari maktab mereka menuju
masjid cukup jauh.


Sesampai di masjid, mereka mencari tempat yang cukup nyaman. Pak Hasan
dan istrinya melakukan thawaf sunah sebagai penghormatan masuk masjidil
Haram, sebelum mereka melakukan ibadah lainnya.


Ketika pak Hasan dan istrinya melakukan thawaf inilah bagian dari cerita
ini dimulai... Dengan terbata-bata, dan masih digandeng oleh istrinya
pak Hasan mulai melakukan thawaf. Diayunkannya kaki kanannya untuk
memulai thawaf.


"Bismillaahi allaahu akbar...!"Demikian kalimat pertama yang dilontarkan
pak Hasan sebagai pertanda ia memulai thawafnya. Maka dengan hati-hati
sekali, karena khawatir badannya bertambah lunglai, pak Hasan
melangkahkan kakinya berjalan memutari Ka'bah. Pada saat pak Hasan
beberapa langkah memulai thawafnya itu, tiba-tiba di sebelah kanannya,
yang hampir berhimpitan dengan pak Masan, ada seorang bertubuh kecil
yang juga bergerak melakukan thawaf, beriringan dengan pak Hasan. Entah
apa yang menyebabkan pak Hasan tertarik dengan orang 'kecil' itu, sambil
berjalan lambat pak Hasan memperhatikan orang itu lebih seksama .
"Mengapa orang itu tubuhnya pendek, bahkan cenderung seperti anak
kecil?" pikirnya.


Setelah beberapa lama pak Hasan memperhatikan orang tersebut, di tengah
riuhnya para jamaah yang juga sedang melakukan thawaf itu, tiba-tiba pak
Hasan menjerit lirih! " akh... !" katanya.


Begitu terkejutnya pak Hasan, sampai-sampai pak Hasan agak terhenti
langkahnya. Anehnya, orang itu pun ikut berhenti sejenak, kemudian
menoleh kepada pak Hasan sambil tersenyum. Ketika pak Hasan berjalan
lagi, dia pun berjalan lagi, dan terus mengikuti di samping pak Hasan.
Ketika pak Hasan mempercepat langkah kakinya, orang itu pun ikut
mepercepat gerakannya, sehingga tetap mereka berjalan beriringan.


Muka pak Hasan kelihatan pucat pasi. Bibirnya agak gemetar menahan
tangis. Ia betul-betul terpukul oleh perilaku orang tersebut. Seperti
dengan sengaja, orang itu terus mengikuti gerakan pak Hasan dari samping
kanan. Bahkan yang membuat pak Hasan mukanya pucat adalah orang
tersebut selalu tersenyum, setelah menoleh ke arah pak Hasan. Siapakah
orang tersebut ?


Ternyata dia adalah seorang yang berjalan dan bergerak thawaf
mengelilingi ka'bah dengan hanya menggunakan kedua tangannya saja. Dia
orang yang tidak memiliki kaki....! Kedua kakinya buntung sebatas paha.
Sehingga ia berjalan hanya dengan menggunakan kedua tangannya.


Bulu kuduk pak Hasan merinding, jantungnya seolah berhenti berdegub.
Keringat dingin membasahi seluruh pori-pori tubuhnya...


Pak Hasan merintih dalam hatinya :

"...Ya Allaah ampuni aku ya Allaah..., ampuni aku..." Air mata pak Hasan
tidak bisa dibendung lagi. Sambil tetap berjalan pak Hasan terus mohon
ampun kepada Allah.


Tanpa terasa, pak Hasan sudah memutari ka'bah untuk yang ke dua kalinya.
Dan pak Hasan pun masih terus menangis. Ingin rasanya ia berlari
memutari ka'bah itu. Ingin rasanya ia menjerit keras-keras untuk
melampiaskan emosinya.... pak Hasan tidak tahu bahwa pada putaran yang
ke dua itu ia sudah tidak bersama lagi dengan orang tanpa kaki tersebut.
Tidak tahu ke manakah perginya orang cacat itu. Seorang yang selalu
tersenyum meskipun tanpa kedua kaki.


Apa gerangan yang dipikirkan pak Hasan saat itu? Pak Hasan begitu malu
pada dirinya sendiri! Apalagi kepada Allah Swt. Pak Hasan merasa bahwa
memang sakit. Sakit flu, batuk, badan capek. Dan sudah beberapa hari
berdiam diri saja di hotel tidak ke masjid untuk thawaf. Dengan alasan
badan capek, tenggorokan sakit, bahkan obat dokter tidak ada yang bisa
menyembuhkannya.


Sekarang, ditengah-tengah hiruk pikuknya para jama'ah yang sedang
melakukan thawaf, ternyata ada seorang yang tidak punya kaki, yang
kondisi tubuhnya sangat menyedihkan, tapi dengan mulut tersenyum ia
melakukan thawaf...Akh! betapa terpukulnya harga diri pak Hasan. Ia
punya kedua kaki, badannya tegap, pikirannya cerdas, datang jauh dari
Indonesia, tetapi terserang penyakit ringan sejenis flu saja sudah tidak
mau beribadah? Sementara orang itu.....


Sungguh pak Hasan tidak kuasa bicara lagi. Ingin rasanya ia menjerit
mohon ampunan Allah Swt.... Atas kesalahan fatal, yang ia lakukan. Dan
sejak saat itu, pak Hasan tiba-tiba dapat bergerak gesit. Ia berjalan
penuh dengan semangat mengelilingi ka'bah pada putaran-putaran
berikutnya. Dan secara tidak ia sadari badan pak Hasan menjadi kuat. Ia
tidak batuk-batuk lagi, bahkan tenggorokannya terasa begitu ringan,
ketika dipakai untuk berdo'a kepada Allah...!


Istri pak Hasan yang berjalan di samping pak Hasan, tidak mengetahui
secara detail, apa yang terjadi dalam diri pak Hasan. Yang ia tahu
tiba-tiba pak Hasan tidak batuk lagi, jalannya tidak lamban, bahkan
cenderung gesit. Ah, rupanya pak Hasan sudah sembuh


Ia disembuhkan oleh Allah lewat 'peragaan' orang cacat, yang selalu
tersenyum meskipun ia tidak punya kaki. Obat dokter tidak bisa
menyembuhkan pak Hasan, justru thawaf seorang cacat-lah, yang menjadi
obat mujarabnya..


Mengapa bisa demikian ?


Sebab begitu pak hasan menyadari akan kesalahannya, ia langsung mohon
ampun sejadi-jadinya atas kekeliruan yang telah ia lakukan. Penyesalan
yang tiada terhingga itulah rupanya obat yang sesungguhnya.


Bagaimana kita mensyukuri banyak nikmat-Nya Allah SWT dari sedikit
kesulitan yang kita hadapi.... Bersyukurlah

Sumber: Note Lutfi S. Fauzan

Selasa, 09 Februari 2010

udul: DISAYANG GUSTI ALLAH ? ( Kunci Sukses)

DISAYANG GUSTI ALLAH ? ( Kunci Sukses )


Suatu sore terlihat seorang pemuda datang ke seorang kyai. Raut mukanya kusut, pandangannya loyo. Baju bermerk yang ia kenakan tidak bisa menutupi kegelisahan yang ada di kening kepalanya.

”Pusing saya, Kyai ....”

”Kenapa harus pusing ? ” tanya sang kyai.

”Menurut saya, saya tidak pernah berbuat yang aneh-aneh. Saya sholat seperti biasa, shalat malam juga saya amalkan. Baca Al Qur’an rutin saya amalkan. Namun.......... mengapa bisnis saya tertipu, saya tertipu rekan bisnis saya. Saya percayai ia...namun apa balasannya ? Ia bawa kabur ratusan juta rupiah uang saya ..”

”Ya...kamu tetap lakukan seperti biasanya, bahkan tingkatkan lagi...LEBIH DEKATKAN LAGI SAMA GUSTI ALLAH...apa yang terjadi padamu saat ini..merupakan tanda-tanda KAMU LAGI DISAYANG GUSTI ALLAH” jawab sang Kyai.

Mendengar jawaban sang Kyai, pemuda itupun tambah bengong dan bingung. Logika berfikirnya tidak masuk, namun untuk menanyakan lebih lanjut iapun tidak berani. Dengan kegelisahan yang masih menggelayut di kepalanya iapun pamitan pulang. Sesampai di rumah, ia pandangi dirinya sendiri di depan cermin, iapun berkata dalam hati...”menyedihkan....”.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kalau dulu sisa uang masih bisa ia pergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, lambat laun semakin menipis, hingga pada suatu hari iapun terpaksa memecah celengan, tempat ia kumpulkan koin lima ratus dan seratus rupiah. Dengan tersayat – sayat hatinya iapun terpaksa memecah celengan itu, padahal semula celengan itu hanya sebagai tempat penyimpanan uang recehan yang menurutnya pada saat itu, tidak ada manfaatnya selain sebagai pemberian kepada ”polisi cepe” saat melintas di jalan.

Tahun berganti tahun pemuda ini ia lalui, dalam hari – harinya dalam kesulitan ia selalu terngiang-ngiang kata – kata sang Kyai, ” ...LEBIH DEKATKAN LAGI SAMA GUSTI ALLAH...apa yang terjadi padamu saat ini..merupakan tanda-tanda KAMU LAGI DISAYANG GUSTI ALLAH”.

Iapun terus mengevaluasi diri tentang kekurangan ibadahnya kepada Allah, tidak hanya ibadah lahiriah namun lebih ke aspek batiniah ia sedikit – demi sedikit diperbaiki. Tanpa terasa lambat laun keadaan ekonominya berubah. Uang yang dulu tertipu rekan bisnisnya, telah kembali berlipat – lipat dari kemajuan usahanya.

Suatu saat iapun bersilaturahim kepada kyai yang dulu ia temui. Setelah berbincang sejenak, si pemuda itupun berkata kepada Kyai.
”Alhamdulillah kyai, dari pengalaman saya tertipu rekan bisnis saya yang dulu saya bisa belajar tentang bersyukur Rama Kyai ....”
” O...begitu, alhamdulillah...” jawab Kyai.

” Coba kalau saya tidak tertipu, saya tidak bisa merasakan arti sejumlah recehan yang dulu saya remehkan...Rama Kyai. Saat dalam kekurangan ... uang recehan itu ternyata begitu berarti...., saya bisa merasakan betapa sesuatu yang sangat remeh menurut anggapan kita...ternyata berharga sekali...dan saya yakin, masih banyak rekan – rekan saya yang bernasib dibawah saya.” Kata Sang Pemuda.

” Alhamdulillah...berarti kamu SUDAH BISA MERASAKAN ARTI SYUKUR....terus, kamu kesini kok, pakai mobil butut...padahal duit kamu kan sudah banyak...JANGAN-JANGAN KAMU MALAH NGGA BERSYUKUR? ”, tanya Kyai dengan senyuman.

”Bukan begitu Rama Kyai, insya Allah saya bisa beli mobil yang jauh lebih mewah....tapi saya takut Rama Kyai.... saya selalu berdo’a, ”Ya Allah, jadikanlah dunia di tangan kami, tetapi jangan Engkau menjadikannya dalam hati kami....”, makanya saya berusaha lebih sederhana rama kyai..”

Mendengar jawaban pemuda, Kyaipun tersenyum agak lebar, kemudian berkata, ”Alhamdulillah...semoga banyak pemuda yang berprinsip sama seperti kamu.....namun, kamu juga harus hati – hati, tanyakan dalam hatimu....sikapmu itu...KARENA TULUS , atau KARENA INGIN DIANGGAP SEDERHANA.....INGIN DIANGGAP ZUHUD....”


Ketika mendengar uraian sang kyai yang terakhir, ”...ingin dianggap sederhana.....ingin dianggap zuhud....”, hati pemuda itupun bergetar...., iapun lantas menunduk, lantas berkata, ”Ya...Kama Kyai...saya masih harus belajar ....”.


Sahabat……

Sukses tidak ada hubungan dengan menjadi kaya raya,
Sukses itu tidak serumit/serahasia seperti kata para pakar,

SUKSES adalah KITA!
Karena kesuksesan terbesar ADA pada DIRI KITA SENDIRI.

Bagaimana Kita tercipta dari pertarungan jutaan sperma untuk membuahi 1 ovum, itulah sukses pertama Kita!

Bagaimana Kita bisa lahir dengan anggota tubuh sempurna tanpa cacat, itulah kesuksesan Kita kedua...

Ketika Kita ke sekolah bahkan bisa menikmati studi sarjana, di saat tiap menit ada 10 siswa drop out karena tidak mampu bayar SPP, itulah sukses Kita ketiga....

Ketika Kita mempunyai pekerjaan, di saat 46 juta orang menjadi pengangguran, itulah sukses Kita keempat....

Ketika Kita masih bisa makan tiga kali sehari, di saat ada 3 juta orang mati kelaparan setiap bulannya, itulah kesuksesan Kita yang kelima...

Sukses terjadi setiap hari, namun Kita tidak pernah menyadarinya. ..

Saya sangat tersentuh ketika menonton film "Click!" yg dibintangi Adam Sandler, "Family comes first" (dahulukan keluarga) , begitu kata2 terakhir kepada anaknya sebelum dia meninggal.

Saking sibuknya Si Adam Sandler ini mengejar kesuksesan, ia sampai tidak sempat meluangkan waktu untuk anak & istrinya, bahkan tidak sempat menghadiri hari pemakaman ayahnya sendiri, keluarga nya pun berantakan, istrinya yang cantik menceraikannya, anaknya jadi ngga kenal siapa ayahnya...

Sukses selalu dibiaskan oleh penulis buku laris supaya bukunya bisa terus2an jadi best seller dengan membuat sukses menjadi hal yg rumit dan sukar didapatkan.

Sukses tidak melulu soal harta, rumah mewah, mobil sport, jam Rolex, pensiun muda, menjadi pengusaha, punya kolam renang/helikopter, punya istri cantik seperti Donald Trump & resort mewah di Karibia...

Sukses sejati adalah hidup dengan penuh syukur atas segala rahmat Tuhan, sukses yang sejati adalah menikmati & bersyukur atas setiap detik kehidupan Kita,

Pada saat Kita gembira, Kita gembira sepenuhnya, sedangkan pada saat Kita sedih, Kita sedih sepenuhnya, setelah itu Kita sudah harus bersiap lagi menghadapi episode baru lagi.

Sukses sejati adalah hidup benar di jalan Allah, hidup baik, tidak menipu, saleh & selalu rendah hati.

Sukses itu tidak lagi menginginkan kekayaan ketimbang kemiskinan, tidak lagi menginginkan kesembuhan ketimbang sakit, sukses sejati adalah bisa menerima sepenuhnya kelebihan, keadaan dan kekurangan Kita apa adanya dengan penuh syukur.

Pernahkah Kita menyadari?

Kita sebenarnya tidak membeli suatu barang dengan uang. Uang hanyalah alat tukar, Kita sebenarnya membeli rumah dari waktu Kita.

Ya, Kita mungkin harus kerja siang malam utk bayar KPR selama 15 tahun atau beli mobil/motor kredit selama 3 tahun. Itu semua sebenarnya Kita dapatkan dari membarter waktu Kita, Kita menjual waktu Kita dari pagi hingga malam kepada penawar tertinggi untuk mendapatkan uang supaya bisa beli makanan, pulsa telepon dll.

Aset terbesar Kita bukanlah rumah/mobil Kita, tapi diri Kita sendiri, Itu sebabnya mengapa orang pintar bisa digaji puluhan kali lipat dari orang bodoh.

Semakin berharga diri Kita, semakin mahal orang mau membeli waktu Kita.

Itu sebabnya kenapa harga 2 jam-nya Kiyosaki bicara ngalor ngidul di seminar bisa dibayar 200 juta atau harga 2 jam seminar Pak Tung Desem Waringin bisa mencapai 100 juta!!!

Itu sebabnya kenapa Nike berani membayar Tiger Woods & Michael Jordan sebesar 200 juta dollar, hanya untuk memakai produk Nike. Suatu produk bermerk menjadi mahal/berharga bukan karena merk-nya, tapi karena produk tsb dipakai oleh siapa.

Itu sebabnya bola basket bekas dipakai Michael Jordan diperebutkan, bisa terjual 80 juta dollar, sedangkan bola basket bekas dengan merk sama, bila kita jual harganya justru malah turun.

Beginilah hidup di Dunia yang sejenak ini, kita seperti mengejar fatamorgana, bila dilihat dari jauh, mungkin kita melihat air/emas di kejauhan, namun ketika kita kejar dng segenap tenaga kita & akhirnya kita sampai, yang kita lihat yah cuman pantulan sinar matahari/corn flakes saja.

Kita juga sudah sadar semuanya tentang hidup ini namun masih lebih suka mengejar fatamorgana tsb ketimbang menghabiskan waktu Kita yg sangat berharga bersama dengan orangtua yg begitu mencintai Kita, memeluk hangat suami / istri / kekasih Kita, mengatakan "I love you" kepada org2 yang Kita cintai: orang tua, istri, suami, anak, sahabat2 Kita.